Lagi-lagi ilmu fisika berperan dalam pola kehidupan yang lain, salah satunya adalah berperang. Sejak lama peperangan selalu menggunakan unsur metodis dari ilmu fisika. Di zaman bahala (3000 SM), manusia berperang dengan alat yang begitu sederhana, bambu runcing maksudnya. Teori fisika yang terjadi adalah semakin benda berbentuk runcing, maka tekanan benda itu semakin kuat. Hal ini tentu saja bambu runcing dapat menembus ke perut musuh yang mereka hadapi. Dan dorongan melempar yang dilakukan oleh pelaku perang juga menggunakan konsep fisika lainnya, kecepatan dan sudut pergerakan dorongan tersebut.
Selain itu, Gada pun ambil alih di sini. Untuk mendapatkan hantaman yang kuat, gada harus diayun secara kuat (dengan energi kinetik yang besar). Gada ini dapat menghancurkan dada musuh bahkan kepala jika memang tepat sasarannya.
Dalam kurun waktu yang cukup lama, terjadilah Perang Dunia I, Perang Modern, Teknologi Stealth, Laser dan Infra Merah ikut hadir di akibat perkembangan dari sebuah konsep fisika. Dapat kita ketahui adanya pistol, senapan mesin, granat, radar radio mencari musuh hingga pembuatan pesawat perang. Wajar saja jika peralatan perang ini menggunakan berbagai teori fisika, area bermain saja yang dijadikan sebagai hiburan tentu perlu penerapan ilmu fisika itu.
Oleh karenanya, tak perlu lagi anda memalingkan kepala anda. Ilmu fisika sudah melekat di dalam kehidupan manusia sehari-hari tentunya. Mulailah menelaah lebih jauh dan mendekatkan diri pada suatu kenyataan yang tersusun berdasarkan ilmu-ilmu teori yang sering dijelaskan. (Prof. Yohanes Surya, Ph.D/rmb)
Rabu, 15 Oktober 2008
[+/-] |
Perang Butuh Fisika |
[+/-] |
Pemilu Pakai Fisika |
Fisika dengan Pemilu memang cukup asing dikaitkannya, namun ternyata pada tahun 2004, terdapat konsep fisika di dalamnya. Jika pergerakan saham menjadi fokus perhatian ekonofisika (econophysics), maka pemungutan suara dan pemilu bisa merupakan salah satu pusat perhatian sosiofisika (sociophysics).
Pada umumnya, ilmu statistik lebih berperan penting untuk perolehen suara dalam pemilu, menyimpan banyak makna menarik untuk dibedah. Di luar analisis statistik, fisika ikut berperan dalam perolehan data-data melalui sebuah metode, ekonofisika.
engan peralihan distribusi, dalam populasi tersebar tidak merata. Ketidakseimbangan antara penyebaran populasi yang satu lebih banyak, sedangkan yang satu lagi tersebar dengan populasi yang lebih sedikit.
Kategori sifat distribusi terkuat adalah distribusi power-law, yang dipergunakan dalam peristiwa fisika yang berhubungan dengan keadaan kritis. Pada kondisi seperti ini, air berada diantara cair dan gas. Molekul-molekul pada air melakukan tindakan untuk mengatur dirinya untuk mengubah massa jenis, kompresibilitas dan viskositas air tersebut.
Terkait dengan pemilu, distribusi power-law mengkondisikan masyarakat pada keadaan kritis, masyarakat dituntut menentukan pilihannya berdasarkan pada kehendaknya masing-masing (demokratis).
Sifat pengaturan diri pada kondisi yang kritis, sebagai orientasi mendatang pemilihan Presiden dapat diprediksikan bahwa nantinya yang akan terpilih adalah seorang Presiden yang mampu mensosialisasikan dirinya ke masyarakat umum, melalui media massa maupun kunjungan tatap muka langsung. (Prof. Yohanes Surya, Ph.D/rmb)
Senin, 06 Oktober 2008
[+/-] |
Air Minum Isi Ulang Menagandung Bakteri |
Banyak penelitian yang dilakukan oleh Dinas kesehatan dari berbagai kota di Indonesia terhadap kualitas air minum dari Depot air minum isi ulang. Hasilnya adalah banyaknya ditemukan bakteri E colie dalam air minum tsb.
Benarkah demikian adanya ?
Saya jawab : Benar, walaupun tidak semua depot air minum isi ulang mengandung bakteri. Penyebab adanya bakteri E colie adalah :
1. Penggunaan Ultraviolet yang tidak sesuai antara kapasitas dan kecepatan air yang melewati penyinaran Ultraviolet tsb. Akibat air terlalu cepat, maka bakterinya tidak mati. Idealnya, untuk Depot air minum isi ulang kapasitas Ultraviolet minimal adalah Type 5 GPM atau daya lampu 30 Watt dan kecepatan air yang melewati UV tsb adalah 19 liter ( 1 Galon ) per 1 menit 15 detik. (Jangan lebih cepat dari itu).
2. Kurangnya kebersihan depot dan lingkungan sekitar
3. Karena keterbatasan modal,banyak yang membeli paket Depot yang berharga murah dengan peralatan dibawah Standar Minimum peralatan. Antara lain minimal menggunakan tabung berisi media pasir silika, karbon aktif , Ultraviolet minimal Type 5 GPM dan penyaringan Micro filter / filter sedimen berukuran mulai 10 mikron s/d 01 micron.
4. Kurangnya kesadaran pemilik Depot untuk memeriksakan Depotnya 3 bulan sekali ke Dinas kesehatan setempat.
Dinas Kesehatan setempat sebaiknya proaktif memeriksa Depot air minum di Wilayah kerjanya masing masing ( Sorry, bukan mendikte lho...) agar kualitas Depot air minum tetap terjaga dan secara tidak langsung justru memperbaiki citra depot air minum isi ulang tsb yang sudah terlanjur negatif.
Semoga menjadi ilmu pengetahuan yang berharga bagi yang sudah memiliki Depot dan bagi yang akan memulai usaha ini, agar jangan membeli peralatan dibawah standar minimum seperti yang saya sebutkan di atas.