Minggu, 07 Juni 2009

Trend Penilaian Pembelajaran IPA Masa Depan

oleh : Prof. Dr. Nuryani Y. Rustaman
Agar penilaian terhadap pembelajaran IPA di kelas dapat dilaksanakan dengan baik, setiap pihak yang peduli terhadap kualitas sekolah dan siswa di negeri ini harus berjuang bersama-sama untuk mengembangkan kemampuan menilai (assessment literacy). Kemampuan menilai adalah kuncinya.
Orang yang mampu melakukan penilaian (assessment literates) adalah mereka yang memahami prinsip dasar penilaian. Pemahaman akan makna penilaian yang baik saja tidaklah cukup. Kita juga harus memahami bagaimana penilaian menghubungkan kualitas pembelajaran dengan upaya untuk mempertahankan alternatif penilaian yang seimbang. Kita harus patuh dan berupaya memenuhi standard yang ditetapkan, dan saling membantu jika penilaian yang dilakukan gagal memenuhi standard ini.
Dalam sistem pendidikan di masa yang akan datang, pengujian terstandar (standardized testing) dan penilaian kelas (classroom assessment) akan tetap ada. Kita harus dapat menghargai perbedaan antara kedua jenis penilaian tersebut dan mampu menjamin kualitas kedua penilaian yang dilakukan.
Pada masa yang akan datang, kedua penilaian ini akan terus digunakan, baik sebagai penyedia informasi untuk pembuatan keputusan maupun sebagai media pengajaran. Kita harus memahami perbedaan antara kedua penggunaannya agar dapat memanfaatkan kekuatan kedua jenis penilaian ini semaksimal mungkin untuk meningkatkan pembelajaran.
Pada masa yang akan datang, penilaian tertulis dan kinerja akan tetap ada. Masing-masing memiliki aturan yang berbeda untuk memperoleh hasil yang baik. Orang yang mampu melakukan penilaian dengan baik memahami makna kualitas penilaian secara menyeluruh dan memahami bahwa kita tidak pernah dibenarkan untuk melakukan penilaian yang tidak baik. Kemampuan melakukan penilaian adalah tujuan utama dalam penilaian kelas.

B. PENILAIAN
1. Penilaian vs Evaluasi
Istilah penilaian biasanya berhubungan dengan pencapaian siswa atas standar yang ditentukan oleh kurikulum, sedangkan istilah evaluasi dapat diterapkan untuk menyatakan penilaian pada bidang lain.
Proses penilaian merupakan perangkat afektif untuk menyampaikan apa yang diharapkan oleh sistem pendidikan IPA kepada semua pihak yang peduli terhadap pendidikan IPA. Kebijakan dan pelaksanaan penilaian menyediakan definisi operasional mengenai hal-hal yang dianggap penting. Contohnya, penggunaan extended inquiry menyatakan apa saja yang harus dipelajari siswa, apa saja yang harus diajarkan oleh guru, dan di mana saja sumber belajar harus dialokasikan.

2. Prinsip-prinsip Penilaian Kelas
Prinsip 1: Pemikiran yang jelas dan komunikasi efektif
Meskipun tingkat pencapaian sering kali diterjemahkan menjadi skor, ada dua fakta penting yang perlu dipahami. Pertama, angka bukanlah satu-satunya cara untuk menyatakan pencapaian. Kita dapat memanfaatkan kata-kata, gambar, ilustrasi, contoh, dan berbagai cara lainnya. Kedua, simbol untuk menyatakan pencapaian siswa sama bermaknanya dan sama bergunanya dengan definisi pencapaian dan kualitas penilaian yang digunakan untuk menghasilkannya.

Prinsip 2: Guru yang memegang peranan
Guru berperan mengarahkan penilaian untuk menentukan apa yang harus dipelajari oleh siswa dan apa yang siswa rasakan berkaitan dengan penilaian yang dilakukan. Dalam berbagai konteks pendidikan, hasil penilaian tingkat kotamadya/kabupaten, provinsi, nasional seolah-olah dianggap sebagai satu-satunya hasil penilaian yang menentukan. Penilaian ini bahkan tidak dapat disamakan dengan dengan penilaian kelas yang dilakukan oleh guru, berkaitan dengan dampaknya terhadap keadaan siswa. Gurulah yang menentukan bagaimana bentuk interaksi yang dilakukan dengan siswanya, rata-rata sebanyak satu kali setiap dua atau tiga menit (mengajukan pertanyaan dan menginterpretasikan jawaban, mengamati kinerja siswa, memeriksa pekerjaan rumah, menggunakan tes dan kuis). Umumnya, penilaian dalam kelas berlangsung secara terus menerus.
Dengan demikian, jelas bahwa penilaian kelas adalah penilaian yang paling mudah dilakukan oleh guru. Tidak perlu diragukan lagi, guru adalah pengendali sistem penilaian yang menentukan keefektifan sekolah.

Prinsip 3: Siswa sebagai pengguna yang harus diperhatikan
Siswa adalah pihak yang paling memanfaatkan hasil penilaian. Melalui penilaian kelas, mereka dapat mempelajari kinerjanya serta mempelajari standar kualitas kinerjanya dari guru. Tidak seorang pun, selain siswa, yang dapat memanfaatkan menggunakan hasil penilaian kelas yang dilakukan oleh guru untuk menetapkan apa yang dapat mereka harapkan dari diri mereka sendiri. Siswa dapat memperkirakan peluang keberhasilannya berdasarkan kinerja yang ditunjukkan oleh hasil penilaian sebelumnya. Tidak ada satu keputusan lain yang dapat memberikan pengaruh lebih besar pada keberhasilan siswa.

Prinsip 4: Sasaran yang jelas dan sesuai
Kita tidak dapat menilai hasil pendidikan secara efektif jika kita tidak mengetahui dan memahami apa sebenarnya nilai keluaran tersebut. Ada berbagai jenis keluaran dari sistem pendidikan kita, mulai dari penguasaan materi sampai kemampuan menyelesaikan masalah yang kompleks.

Prinsip 5: Penilaian yang baik
Penilaian yang baik merupakan suatu keharusan dalam setiap konteks penilaian. Lima standard yang harus dipenuhi untuk mencapai penilaian yang baik meliputi: sasaran pencapaian yang jelas, maksud/tujuan yang jelas, metode yang sesuai, kinerja contoh yang layak, pembatasan, dan adanya upaya untuk mencegah kesalahan pengukuran.

Prinsip 6: Perhatian terhadap dampak antarpersonal
Kita harus selalu berusaha melaksanakan penilaian yang baik, mengkomunikasikan hasilnya secara hati-hati dan pribadi, dan mengantisipasi hasilnya sehingga dapat mempersiapkan diri untuk memberikan dukungan terhadap siswa yang pencapaiannya rendah. Semakin muda siswa, semakin penting adanya bimbingan bagi mereka.

Prinsip 7: Penilaian sebagai pembelajaran
Penilaian dan pengajaran dapat menjadi suatu kesatuan. Potensi terbesar yang tersimpan dalam penilaian kelas adalah kemampuannya untuk menjadikan siswa sebagai mitra penuh dalam proses penilaian. Siswa yang mampu mendalami sasaran pencapaian secara menyeluruh mampu secara percaya diri melakukan evaluasi, baik terhadap hasil kerjanya sendiri maupun hasil kerja temannya.
Tantangan yang kita hadapi dalam penilaian kelas adalah memastikan bahwa siswa memiliki seluruh informasi yang diperlukannya, dalam bentuk yang mudah dipahami, pada waktu yang tepat sehingga dapat digunakan secara efektif.

3. Perubahan peranan dan pelaksanaan penilaian
Peranan
Dulu
Sekarang
Guru
Mengajar
Mendefinisikan hasil pembelajaran, mengajar, melaksanakan penilaian utama
Siswa
Dinilai
Menilai diri sendiri dan teman
Kepala Sekolah
Menginterpretasi hasil ujian terstandard
Menginterpretasi hasil ujian dan menyediakan dukungan terhadap penilaian kelas
Pelaksanaan
Dulu
Sekarang
Tujuan
Akuntabilitas
Akuntabilitas, pembelajaran
Penggunaan
Penyaringan hasil pengujian dari atas ke bawah
Penyaringan hasil pengujian dari atas ke bawah dan dari kelas ke atas
Sasaran
Bersifat umum
Tidak terbuka
Sangat terarah
Bersifat terbuka
Metode
Terutama berupa respon terpilih
Terutama berupa penilaian kinerja dan essay dengan beberapa respon terpilih

C. Perubahan Fokus Penilaian Pendidikan IPA
Berdasarkan National Science Education Standard in the United States (National Research Council, 1996: 100) perubahan fokus yang terjadi pada standard penilaian adalah sebagai berikut.
Hal yang dikurangi
Hal yang diutamakan
Menilai yang mudah diukur
Menilai yang paling berharga
Menilai pengetahuan yang memiliki ciri yang jelas
Menilai pengetahuan yang kaya dan berstruktur baik
Menilai pengetahuan yang bersifat ilmiah
Menilai pemahaman dan pemikiran ilmiah
Menilai untuk mempelajari apa yang tidak dipahami siswa
Menilai untuk mempelajari apa yang dipahami siswa
Hanya melakukan penilaian atas pencapaian
Menilai pencapaian dan peluang untuk belajar
Penilaian akhir dilakukan oleh guru
Siswa terlibat dalam penilaian yang sedang berlangsung atas hasil kerjanya dan hasil kerja temannya
Pengembangan penilaian eksternal hanya oleh ahli
Guru terlibat dalam pengembangan penilaian eksternal

D. PENILAIAN DALAM PEMBELAJARAN IPA
1. Penilaian terhadap Hasil Pembelajaran
• Sasaran yang terarah terutama terhadap: pemikiran, pemahaman atas materi IPA dan penerapannya;
• kebiasaan berpikir yang produktif (berpikir kritis, berpikir kreatif, mengatur diri sendiri);
• kemampuan berpikir tinggi (higher order thinking skills, HOTS);
• karakter IPA
Berikut ini adalah pengelompokan utama sasaran pencapaian menurut Stiggins (1994: 67):
• Penguasaan siswa atas pengetahuan materi subjek inti;
• Kemampuan siswa untuk menggunakan pengetahuannya untuk berpikir dan menyelesaikan masalah;
• Kemampuan untuk menunjukkann keterampilan yang terkait dengan pencapaian tertentu, misalnya melakukan tindakan psikomotor;
• Kemampuan untuk membuat produk yang terkait dengan jenis pencapaian tertentu, misalnya produk IPA (taksidermi, kerangka, herbarium);
• Pencapaian perasaan atau keadaan afektif tertentu, seperti sikap, minat, dan motivasi.

2. Penilaian yang Terarah pada Proses Pembelajaran IPA
• Penilaian kinerja dan/atau penilaian otentik;
• Proses IPA diturunkan dari data;
• Kooperatif dan kolaboratif;
• Hands-on dan minds-on;
• Keterampilan praktik dan komunikasi;
• Sikap ilmiah dan nilai yang terkandung dalam IPA.

3. Metode Penilaian Kelas
a. Respon terpilih
Istilah yang lebih sering digunakan untuk respon terpilih adalah “objective paper and pencil test” atau uji tertulis. Istilah ini dapat menimbulkan kesalahpahaman bahwa penilaian yang dilakukan tidak melibatkan subjektivitas, bahwa segala sesuatu yang terkait dengannya bersifat “ilmiah“, dan bahwa ada resiko terjadinya kebiasan yang disebabkan oleh pendapat penilai.
Respon terpilih dapat digunakan untuk menilai aspek pengetahuan, pemikiran, dan . afektif. Jenis respon terpilih dapat berupa: pilihan berganda, benar/salah, menjodohkan, dan isian singkat.
Tiga langkah dasar yang harus dilakukan oleh pengembang soal ujian: (i) membuat rancangan atau cetakbiru pengujian yang menyajikan kerangka pencapaian; (ii) mengidentifikasi unsur spesifik pengetahuan dan pemikiran yang akan dinilai; (iii) mengubah unsur-unsur tersebut menjadi soal ujian.

b. Penilaian Essay
Penilaian essay merupakan metodologi yang paling sesuai pada keadaan tertentu. Essay membuat kita dapat menangkap setidaknya sebagian unsur yang paling berharga. Lebih jauh lagi, sejak siswa dilibatkan sebagai mitra pada proses penilaian, metode penilaian seperti essay ini lebih mudah dilaksanakan. Metode essay dapat digunakan untuk menilai pengetahuan, pemikiran, prosedur, dan afektif.
Menurut Stiggins (1994: 134) metodologi penilaian essay memiliki tiga kekuatan utama:
• Essay dapat memudahkan kita mempelajari pencapaian siswa atas sasaran pencapaian yang kompleks dan sulit.
• Format essay memudahkan kita melakukan penilaiaan hasil belajar dengan waktu dan tenaga yang minimal.
• Penilaian essay dapat dipadukan dengan proses pembelajaran secara produktif.
Penilaian essay juga memiliki resiko. Kecerobohan dapat menyebabkan hal-hal berikut.
• Kurangnya gambaran atas jenis hasil belajar yang akan dipelajari dan dinilai;
• Kegagalan untuk menghubungkan format essay dengan sasaran pencapaian yang sesuai;
• Kegagalan untuk menentukan sampel yang mewakili domain sasaran;
• Kegagalan untuk mengendalikan sumber kebiasaan yang dapat mengganggu penilaian yang subjektif.

c. Penilaian Kinerja atau Penilaian Otentik
Dalam penilaian kinerja, siswa diminta melakukan aktivitas yang menunjukkan keterampilan tertentu dan/atau membuat produk tertentu. Hasilnya, metode penilaian ini membuat kita dapat menangkap banyak hasil pendidikan yang bersifat kompleks dan tidak dapat diterjemahkan dalam ujian tertulis.
Dalam penilaian kinerja, kita mengamati siswa saat mereka bekerja, atau memeriksa produk yang dibuat, dan menilai kecakapan yang ditunjukkan. Pengamatan digunakan untuk memberikan pendapat subjektif atas tingkat pencapaian siswa. Evaluasi tersebut dilakukan berdasarkan perbandingan kinerja siswa terhadap standar yang telah ditentukan.
Metode penilaian kinerja muncul sebagai penemuan baru dengan sejumlah kelebihan dibandingkan tes tertulis. Dalam banyak hal, penemuan baru ini menarik perhatian pendidik di setiap tingkatan pendidikan. Aplikasi metode ini antara lain menggunakan nama penilaian otentik (authentic assessments), penilaian alternatif (alternative assessments), pameran, demonstrasi, dan contoh kerja siswa (student work samples). Jenis penilaian ini dipandang sebagai metode yang dapat memberikan penilaian otentik atau penilaian yang sangat tepat atas pencapaian siswa (Wiggins, 1989 in Stiggins, 1994: 161).

4. Penilaian Kelompok, Pribadi, dan Antar Teman
Penilaian kelompok, pribadi, dan antar teman dapat digunakan terutama untuk penilaian formatif, tapi pada keadaan tertentu dapat pula digunakan sebagai penilaian sumatif, meski tidak efektif.

Penilaian Kelompok
Kelebihan utama dari penilaian kelompok adalah bahwa beban penilaian menjadi jauh berkurang. Ada pula keuntungan dari sisi pendidikan, termasuk di dalamnya pengembangan sejumlah keterampilan penting seperti keterampilan memimpin dan bekerja dalam kelompok, keterampilan berkomunikasi, dan kemampuan berorganisasi. Selain itu, hasil yang dicapai dengan bekerja secara berkelompok akan lebih baik, bahkan masalah yang lebih rumit pun dapat diselesaikan.
Masalah utama yang dihadapi adalah memastikan bahwa strategi penilaian yang adil telah diterapkan: “satu masalah yang terpenting adalah sulitnya menetapkan tingkat kontribusi masing-masing anggota kelompok …” (Race, Brown, Smith, 2005:156)
Tidak ada cara yang paling ideal untuk menyelesaikan masalah ini, tapi ada berbagai strategi yang dapat dicoba. Salah satunya, setiap anggota kelompok diberi nilai yang sama. Strategi lainnya, setiap anggota kelompok diberi nilai yang berbeda-beda sesuai kinerja masing-masing. Hal ini dapat dilakukan melalui penilaian antar teman (peer assessment).

Penilaian Pribadi dan Antar teman\
Penilaian pribadi dan antar teman merupakan bentuk penilaian inovatif yang mendukung pembelajaran siswa. Penilaian pribadi adalah proses di mana siswa dilibatkan dan bertanggung jawab untuk menilai hasil kerjanya sendiri. Hal ini mendorong siswa untuk mandiri dan meningkatkan motivasinya. Penilaian antar teman adalah proses di mana siswa dilibatkan dalam penilaian kerja siswa lain. Siswa harus memiliki pemahaman yang jelas mengenai apa yang harus mereka cari dalam hasil kerja temannya.
Penilaian pribadi dapat digunakan untuk membantu mengembangkan kemampuan siswa untuk memeriksa dan berpikir kritis mengenai proses pembelajaran yang mereka jalani, Penilaian pribadi dapat membantu siswa menentukan kriteria apa yang harus digunakan untuk menilai hasil kerja dan menerapkan hal ini secara objektif terhadap hasil kerja untuk memfasilitasi proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Penilaian pribadi dapat disertakan sebagai bagian penilaian mata pelajaran atau sebagai sebuah latihan yang dipersyaratkan dalam mata pelajaran tersebut.
Penilaian antar teman dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan siswa untuk bekerjasama, bersikap kritis terhadap hasil kerja siswa lain, dan menerima kritik dan umpan balik dari siswa lain atas hasil kerjanya sendiri. Penilaian antar teman dapat memberikan gambaran kepada siswa mengenai kriteria apa saja yang digunakan untuk menilai. Penilaian antar teman juga dapat digunakan untuk menentukan nilai hasil kerja siswa untuk keperluan sumatif.

Keuntungan penilaian pribadi dan penilaian antar teman
Pertama, siswa dapat memahami kriteria kerja yang baik. Siswa yang mengenal model kerja yang memenuhi standar dan memahami alasan mengapa model tersebut dapat memenuhi standar akan membuat perbandingan antara kinerja mereka dengan contoh yang diberikan. Karena tugas yang deberikan semakin rumit dan bersifat terbuka, lebih dari satu model perlu disediakan untuk memastikan bahwa siswa memahami penggunaan strategi yang berbeda untuk memenuhi standar.

Kedua, siswa memahami proses yang dijalani untuk mencapai standar. Rubrik harus dapat menunjukkan di mana posisi siswa sebelum pembelajaran, posisi mereka sekarang, dan posisi yang harus mereka capai pada akhir pembelajaran. Penjelasan mengenai tingkat kemajuan kinerja siswa merupakan panduan yang penting agar mereka mencapai tujuan pembelajaran.

Ketiga, guru melibatkan siswa dalam proses pemantauan dan membagi sebagian tanggung jawab untuk mendokumentasikan dan menilai pembelajaran kepada siswa. Penelitian telah menunjukkan bahwa pebelajar yang baik melakukan: (i) pemantauan terhadap diri sendiri; (ii) perbaikan terhadap diri sendiri; (iii) menggunakan umpanbalik dari rekannya untuk memandu proses pembelajaran yang mereka lakukan. Rubrik siswa, dibuat untuk mengidentifikasi inti pembelajaran yang diharapkan, dapat dijadikan media yang baik untuk melakukan refleksi dan berkomunikasi antar siswa.

http:www.exemplars.com/resources/formative/assessment.html)

Penilaian pribadi dan antar teman sangat sesuai untuk keperluan sumatif, yaitu untuk memberikan umpanbalik. Ada banyak bukti yang menyatakan bahwa siswa belajar melalui pemberian umpanbalik terhadap siswa lain, atau sebaliknya.

Penilaian antar teman dapat pula digunakan secara sumatif sebagai bagian dari penilaian. Guru dapat melakukan penilaian secara paralel dan menyertakan hasil penilaian antar teman (nilai dari sesama siswa ini dapat diberi bobot setidaknya 10%, tapi tidak lebih dari 25%, sesuai dengan peraturan QUB). Prosesnya harus dimoderasikan secara hati-hati dan sebaiknya ada proses tawar menawar, di mana guru bertindak sebagai penentu akhir. Jika penilaian antar teman ini dilakukan secara anonim, reliabilitasnya mungkin dapat ditingkatkan.

Penilaian pribadi biasanya dilakukan untuk keperluan formatif, bukan sumatif. Meski demikian, siswa dapat diminta untuk memberikan hasil penilaian pribadi atas hasil kerjanya, lengkap dengan hasil kerja tersebut, sehingga guru dapat memberikan penilaian ulang. Pendekatan ini mendorong siswa melakukan refleksi dan kritik terhadap diri sendiri. Hal-hal berikut dapat digunakan untuk penilaian pribadi: (i) presentasi; (ii) poster; (iii) proses kelompok (dalam menyelesaikan tugas tertentu).

Dalam penilaian pribadi, siswa diminta untuk menilai kinerja siswa lain. Hal ini umumnya sesuai untuk menilai hasil kerja kelompok dan terutama amat berharga jika kedua proses ini dinilai. (Referensi – Group, peer and self-assessment http:www.ukcle.ac.uk/resources/assessment/ group.html)

“Siswa dapat melakukan serangkaian tugas penilaian, yang selain dapat membantu guru dari sisi penghematan waktu, juga membawa manfaat dari sisi pendidikan, khususnya untuk mengembangkan keterampilan siswa untuk melakukan penilaian” (Rust, 2001:10)



Penilaian antar teman



Salah satu cara agar siswa dapat memahami karakteristik hasil kerja yang baik adalah melalui pengamatan terhadap hasil kerja temannya. Meski demikian, untuk dapat memberikan umpanbalik yang berguna, siswa harus memiliki pemahaman yang jelas atas apa yang ingin mereka cari dari tugas temannya. Guru harus menjelaskan apa saja komponen yang diharapkan sebelum siswa melakukan penilaian.



Salah satu cara untuk memastikan siswa memahami jenis evaluasi ini adalah dengan memberikan latihan terlebih dahulu. Guru menyediakan contoh penugasan, baik tugas yang harus dikerjakan secara tertulis maupun lisan. Secara berkelompok, siswa menentukan apa saja yang harus dinilai dan bagaimana kriteria penilaiannya. Selanjutnya guru memberi siswa contoh tugas yang sudah dikerjakan. Siswa menilainya berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, dan menentukan bagaimana menyampaikan umpanbalik dengan jelas.



Siswa dapat juga mengambil keuntungan dari penggunaan rubrik atau checklists untuk memandu mereka melakukan penilaian. Pada tahap awal, rubrik dapat disediakan oleh guru; setelah siswa cukup memiliki pengalaman, mereka dapat mengembangkannya sendiri. Contohnya, checklist yang dibuat dapat berupa panduan untuk memandu penilai memberi komentar pada isi dan susunan essay. Hal ini membantu penilai untuk memusatkan perhatian pada kedua hal ini dengan mengajukan pertanyan mengenai hal-hal tertentu, seperti adanya contoh untuk mendukung ide yang didiskusikan.



Agar penilaian antar teman dapat dilakukan secara efektif, lingkungan pembelajaran di kelas harus mendukung. Siswa harus merasa nyaman dan saling mempercayai satu sama lain agar dapat memberikan umpanbalik yang jujur dan bersifat membangun. Guru yang menerapkan kerja kelompok penilaian antar teman dapat membantu siswa mengembangkan sikap saling percaya dengan sudah mulai membagi kelompok sejak awal semester. Hal ini membuat mereka bertambah nyaman satu sama lain dan mampu memberikan umpanbalik yang lebih baik.



Penilaian pribadi



Siswa dapat menjadi pebelajar yang baik jika mereka dapat memahami dengan baik apa yang mereka pelajari dan bagaimana cara mempelajarinya. Pada tahap refleksi ini, siswa berhenti sejenak dari proses pembelajaran untuk memikirkan strategi belajar mereka dan kemajuan mereka sebagai pebelajar. Penilaian pribadi ini mendorong siswa untuk mandiri selain meningkatkan motivasi.



Keberhasilan penggunaan penilaian bergantung pada tiga elemen kunci:
• Penentuan tujuan
• Latihan menggunakan instrumen penilaian dengan panduan guru
• Portofolio



Penetapan Tujuan



Penetapan tujuan sangat penting karena siswa dapat mengevaluasi kemajuannya dengan lebih jelas jika mereka memiliki sasaran yang dijadikan ukuran kinerjanya. Selain itu, motivasi siswa untuk belajar meningkat jika mereka memiliki tujuan pembelajaran yang mereka tentukan sendiri.



Pada awalnya, siswa cenderung untuk membuat tujuan jangka panjang yang terlalu muluk dan tidak mengarah ke penilaian pribadi. Untuk membantu siswa mengembangkan tujuan jangka pendek, realistis, dan mudah dicapai, guru dapat menggunakan kerangka kerja seperti SMART.



Salah satu cara untuk memulai proses mengenalkan siswa kepada penilaian pribadi adalah dengan membuat semacam kontrak antara siswa dan guru. Kontrak adalah kesepakatan tertulis antara siswa dan guru, yang biasanya memuat jumlah dan jenis tugas yang diperlukan untuk mendapatkan nilai tertentu. Contohnya, seorang siswa menyepakati bahwa ia harus berusaha mendapatkan nilai "B" dengan menyelesaikan sejumlah tugas dengan tingkat kualitas yang ditentukan oleh guru. Kontrak ini dapat digunakan sebagai cara yang baik untuk membantu siswa menetapkan tujuan bagi dirinya sendiri.



Latihan dengan Instrumen Penilaian di Bawah Panduan Guru

Siswa tidak belajar memantau atau menilai hasil pembelajarannya sendiri; mereka perlu mempelajari strategi untuk memantau dan menilai diri sendiri. Teknik mengajarkan strategi ini kepada siswa serupa dengan yang digunakan untuk strategi pembelajaran. Guru memodelkan teknik yang digunakan (misalnya dengan checklist atau rubrik); siswa mencoba mempraktikkannya sendiri; dan selanjutnya mendiskusikan apakah teknik tersebut dapat digunakan, apakah dapat digunakan dengan baik, dan apa saja yang harus diperbaiki.

Selain checklists dan rubrik untuk tugas tertentu, siswa juga dapat menggunakan instrumen penilaian yang lebih luas untuk melakukan refleksi atas topik yang telah dipelajarinya, keterampilan yang telah diperolehnya, kebiasaan belajarnya, dan kelemahan serta kelebihan mereka.

Siswa dapat saling berbagi cara mereka melakukan penilaian pribadi. Siswa dapat diminta untuk membandingkannya dengan kriteria lain seperti skor hasil ujian, hasil evaluasi guru, dan pendapat temannya. Latihan seperti ini membantu siswa memahami proses pembelajaran yang mereka lakukan. Hal ini juga memberi informasi kepada guru tentang pemikiran siswa atas kemajuan yang mereka capai, dan memberi umpanbalik kepada guru tentang isi dan proses pembelajaran untuk mata pelajaran tertentu.



Portofolio

Portofolio adalah kumpulan hasil kerja siswa yang disusun secara sistematik dengan tujuan tetentu untuk menunjukkan upaya, kemajuan, dan pencapaian siswa pada bidang tertentu. Siswa berpartisipasi dalam pemilihan isi portofolio, pengembangan panduan untuk pemilihannya, dan definisi kriteria penilaian. Penilaian portofolio merupakan proses yang dilakukan bersama oleh guru dan siswa.

Penilaian portofolio menekankan evaluasi terhadap kemajuan, proses, dan kinerja siswa seiring berjalannya waktu. Ada dua jenis portofolio:
• Portofolio proses Penilaian ini terkait dengan tujuan penilaian pada tingkat kelas. Umumnya, portofolio proses merefleksikan penilaian formatif, meskipun pemberian nilai dapat dilakukan pada akhir semester. Portofolio proses dapat meliputi penugasan dengan tipe sumatif.
• Portofolio produk lebih bersifat sumatif. Portofolio ini dimaksudkan sebagai evaluasi utama dan seringkali disertai oleh presentasi isinya secara lisan. Contohnya, portofolio produk dapat digunakan sebagai instrumen untuk mengevaluasi kelulusan siswa dari program tertentu atau dalam proses melamar pekerjaan.



Dalam kedua jenis portofolio, penekanan berada pada berbagai tugas yang bersifat spontan selain yang terencana, menggunakan rubrik untuk menilai kinerja, dan menyajikan refleksi mengenai pembelajaran, termasuk menetapkan tujuan dan penilaian antar teman.



Karakteristik portofolio:
• Mewakili penekanan terhadap penggunaan bahasa dan pemahaman budaya
• Mewakili pendekatan kolaboratif terhadap penilaian
• Mewakili rentang kinerja siswa dalam membaca, menulis, berbicara, dan mendengar selain pemahaman budaya
• Menekankan pada apa yang dapat dilakukan siswa bukan yang tidak dapat mereka kerjakan
• Mewakili kemajuan siswa seiring berjalannya waktu
• Mengajak siswa menetapkan tujuan pembelajaran yang sedang berlangsung dan menilai kemajuannya ke arah tujuan tersebut
• Mengukur pencapaian setiap siswa dengan tetap membiarkan perbedaan yang ada pada setiap siswa
• Menangani perbaikan, usaha, dan pencapaian
• Dapat dilakukannya penilaian terhadap proses dan produk
• Menghubungkan pengajaran dan penilaian dengan pembelajaran





Prinsip dan Kriteria Penilaian Pribadi dan Penilaian Antar Teman

1. Prinsip

* Tujuan penggunaan penilaian tertulis harus jelas dipahami oleh guru dan siswa.\

Alasan utama penggunaan penilaian tertulis adalah peranannya dalam pengembangan keterampilan siswa, dalam meningkatkan pembelajaran dan dalam membantu siswa meningkatkan kinerjanya pada pekerjaan yang dinilai. Selain itu, penilaian tertulis digunakan sebagai penilaian sumatif.



* Tidak ada alasan mengapa penilaian pribadi dan penilaian antar teman tidak dapat memberi kontribusi pada penilaian sumatif.

Umumnya, penilaian di atas tidak diberi bobot yang tinggi sebelum dilakukan ujicoba dan pengujian terhadapnya. Meski demikian, dengan pengaturan yang baik, tidak ada alasan untuk membatasi bobot nilai yang diberikan. Prinsip-prinsip berikut ini penting untuk diperhatikan.



* Pengaturan

Pada situasi dimana nilai hasil penilaian antar teman atau penilaian pribadi diperhitungkan pada penentuan nilai akhir, guru harus mempertahankan haknya untuk mengatur nilai yang dialokasikan untuk siswa. Hal ini dapat diawali dengan melakukan negosiasi dengan siswa yang terkait.



* Terjadinya ketidakadilan atau ketidaksesuaian dalam pemberian nilai harus ditangani secara hati-hati.

Adanya kecurangan terhadap penilaian yang didasari pertemanan atau bersifat kolusif harus ditangani secara tegas namun tetap dengan hati-hati.



* Kualitas umpanbalik terhadap hasil kerja siswa harus dipertahankan.

Dengan penilaian pribadi dan penilaian antar teman, siswa biasanya dapat belajar lebih banyak dibandingkan jika hasil kerjanya dinilai oleh guru. Siswa belajar dari keterlibatannya dalam menilai dan seringkali secara lisan, selain umpanbalik yang diberikan secara tertulis. Meski demikian, guru harus memantau umpanbalik yang diberikan dan jika diperlukan mengelaborasikannya untuk memastikan bahwa siswa menerima perlakuan yang adil dan seimbang.



* Prosedur penilaian sebaiknya menggunakan kriteria yang jelas dan terbuka.

Hal ini berlaku untuk seluruh jenis penilaian. Khususnya jika melibatkan siswa, sebagai penilai yang belum berpengalaman. Kriteria penilaian dapat saja dikembangkan oleh guru, tapi akan lebih baik jika siswa dilibatkan dalam pengembangan kriteria tersebut.



* Perlu perencanaan secara hati-hati sebelum melibatkan siswa dalam penilaian

Banyak siswa memandang penilaian sebagai tugas bagi guru, tapi kemudian mereka menyadari keuntungannya terhadap pembelajaran dan pengembangan keterampilannya. Awalnya, upaya ini akan memakan waktu dan memerlukan dukungan guru. Oleh karena itu, penggunaan penilaian pribadi dan antar teman lebih disukai dan dipandang sebagai strategi untuk meningkatkan pembelajaran dan penilaian secara keseluruhan.



* Prosedur penilaian pribadi dan antar teman sebaiknya menjadi pokok perhatian pemantauan dan evaluasi dari sudut pandang guru dan siswa.

Perlu waktu agar prosedur ini dapat berjalan dengan lancar. Oleh karena itu, pada masa awal penerapannya, nilai yang digunakan tidak perlu terlalu banyak – atau bahkan hanya satu penilaian formatif yang digunakan. Umpanbalik siswa terhadap guru amatlah penting.



* Penggunaan penilaian pribadi dan antar teman sebaiknya dipahami sebagai pengembangan keterampilan.

Penilaian tersebut tidak hanya merupakan cara lain untuk melakukan penilaian melainkan juga untuk mengembangkan keterampilan melakukan penilaian terhadap diri sendiri, menganalisis, bersikap kritis, dan melakukan refleksi. Seluruhnya penting sebagai keterampilan yang harus dimiliki untuk memperolah pekerjaan dan dapat dikenali sebagai hasil belajar.



2. Kriteria Penilaian

* Contoh kriteria penilaian untuk presentasi secara lisan

Berikut ini adalah contoh kriteria penilaian untuk presentasi lisan. Agar dapat lebih mudah dipahami oleh penilai, kriteria tersebut perlu dideskripsikan yang lebih lengkap agar dapat digunakan untuk memenuhi harapan yang ingin dicapai pada berbagai tingkatan.
• Apakah isi presentasi terkait dengan judul dan/atau tujuan presentasi?
• Apakah keluasan dan kedalaman isi presentasi telah mencukupi?
• Apakah isi pesan cukup jelas?
• Apakah argumen yang diberikan cukup konsisten?
• Apakah tersedia bukti yang cukup untuk mencukung argumen?
• Apakah ada tanda-tanda yang menunjukkan cara berpikir kritis yang sesuai?
• Apakah penarikan kesimpulan dilakukan dengan baik?
• Apakah fokus permasalahannya cukup tajam?
• Apakah penyaji menyampaikan sudut pandangnya sendiri?
• Apakah seisi kelas terlibat – apakah perhatiannya terjaga?
• Apakah respon terhadap pertanyaan dan komentar cukup baik?
• Organisasi dan pengelolaan (pengaturan waktu, pengelolaan pertanyan atau komentar, pengelolaan secara umum atas keseluruhan presentasi)
• Presentasi (suara dapat didengar dengan baik, artikulasi jelas, keberadaan, sikap tubuh, kontak mata, pengelolaan catatan atau alat bantu, kecepatan, kepercayaan diri)
• Penggunan alat bantu (kualitas, kesesuaian atau tujuan penggunaan, overhead transparencies, handouts, penggunaan papan atau flipchart, atau alat bantu lainnya)
• Struktur keseluruhan (koherensi, kesesuaian struktur, identitas awal, kesimpulan, kesimpulan tengah dan akhir, pemberian tanda struktur)
• Kreativitas (penggunaan imajinasi dalam isi atau presentasi, keaslian)



Selain kriteria, identifikasi kekuatan, kelemahan, dan peluang perbaikan juga diperlukan.

* Contoh kriteria penilaian fungsi kelompok

Kriteria sesungguhnya yang digunakan untuk kerja kelompok akan bergantung pada tujuan penilaian. Terkadang, alasan penggunaan penilaian ini adalah untuk memeriksa bahwa seluruh anggota kelompok memberikan kontribusi dalam proyek yang dikerjakan. Terkadang fokusnya adalah kemampuan masing-masing anggota tim untuk bekerja dalam tim menggunakan kemampuan masing-masing.

Siswa yang bekerja di dalam kelompoknya dan bersama kelompoknya (a), dapat menunjukkan kualitas kepemimpinan (b), mampu memberikan arahan untuk kegiatan kelompok (c), terlibat dalam pelaksanaan proyek (d), dapat berperan sebagai pendukung anggota kelompok lainnya dalam pelaksanaan kegiatan kelompok (e), dapat memberikan saran penyelesaian masalah (f), terlibat dalam penyajian hasil kerja kelompok (g), menunjukkan minat dalam menjaga fungsi kelompok dan proyek yang dilakukan (h).



LITERATURE

Anderson, L.W. & Krathwohl, D.R. (eds.). (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. New York: Longman.

Group, peer and self-assessment http:www.ukcle.ac.uk/resources/assessment/group.html

Haladyna, T.M. (1997). Writing Test Items to Evaluate Higher Order Thinking. USA: Allyn Bacon

Herman, J.L., Aschbacher, P.R., & Winters, L. (1992). A Practical Guide to Alternative Assessment. Alexandria: ASCD.

Klenowski, V. (2002). Developing Portfolios for Learning and Assessment. London: Routledge Falmer.

Marzano, R.J., et al. (1994). Assessing Student Outcomes: Performance Assessment Using the Five Dimensions of Learning Model. Alexandria: Association for Supervision and Curriculum Development.

Mueller, J. (2006). Authentic Assessment. North Central College. Tersedia:

UNREGISTERED EVALUATION VERSION

National Research Council. (1996). “Assessment in Science Education”. In National Science Education Standard. Washington D.C.: National Academy Press, pp. 75-101.

Marzano, R.J., Pickering, D., & Mctighe, J. (1994). Assessing Student Outcomes: Performance Assessment Using the Dimensions of Learning Model. Alexandria: Association for Supervision and Curriculum Development.

National Research Council. (1996). National Science Education Standard. Washington, DC: National Academy Press

Popham, W. J. (2005). Classroom Assessment: What Teachers Need to Know. Fourth edition. Boston: Allyn and Bacon.

Race, P, Brown, S. & Smith, B. (2005). (2nd ed) 500 Tips on Sssessment. London: Routledge Falmer

Rust, C. (2001). A Briefing on The Assessment of Large Groups. York: LTSN Generic Centre

Rustaman, N.Y. (2007). Basic Scientific Inquiry in Science Education and Its Assessment. Paper presented in First International Seminar on Science Education, Postgraduate Programme, Indonesia University of Education, held on 27th of October 2007 in Bandung.

Rustaman, N.Y. (2003). Kemampuan Dasar Bekerja Ilmiah dalam Sains. Makalah disusun untuk disajikan dalam Seminar Pendidikan Biologi, Bandung.

Rutherford, F.J. & Ahlgren, A. (1990). Science for all Americans: Scientific Literacy. New York: Oxford University Press.

Stiggins, R.J. (1994). Students Centered Classroom Assessment. New York: Merrill, an imprint of Macmillan College Publishing Company.

Wulan, A.R. (2007). Pembekalan Kemampuan Performance Assessment Kepada Calon Guru Biologi dalam Menilai Kemampuan Inquiry. Disertasi Doktor kependidikan, Program studi Pendidikan IPA. Sekolah pascasarjana Universitas pendidikan Indonesia.

Zainul, A. (2001). Mengajar di Perguruan Tinggi. ”Alternative Assessment”. Jakarta: Pusat Antar Universitas untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Group, peer and self-assessment UNREGISTERED EVALUATION VERSION



0 Comments:

 




© 2008 | Tarakan Kalimantan Timur | Blog : Hasbullah